Menyandang predikat sebagai “Rookie Of The Year” di tahun 2013 oleh salah satu majalah musik Indonesia, Tulus melangkah mulus menjadi solois pria favorit di usia karirnya yang masih terbilang baru di industri musik Indonesia.

Pria asal Bukittinggi yang mengawali karirnya lewat bernyanyi di komunitas kampus ini, semakin banyak dikenal masyarakat Indonesia saat merilis single “Sepatu”. Nama TULUS yang sebelumnya tenar di kawasan Bandung, tempat tinggalnya, kini dikenal luas di Indonesia seiring semakin sering lagunya diputar di radio-radio Indonesia.

Lagu-lagu dalam album “TULUS” dan “Gajah” yang berhasil berada di posisi puncak beberapa tangga lagu nasional, menjadi tolak ukur tersendiri untuk penggarapan album selanjutnya. Hal tersebut membuat penyanyi bernama lengkap Muhammad Tulus ini banyak meluangkan waktu berkonsentrasi menggarap album yang rencananya akan dirilis tahun ini.

“Selama Januari ini, jadwal sengaja dikosongkan sebagai bulan produktif. Sebenarnya untuk album terbaru ini prosesnya sudah cukup lama, tapi bulan ini benar-benar dioptimalkan waktunya untuk cicil materi album karena bulan Februari sudah mulai kerja biasa lagi,” sebut TULUS soal kesibukan mempersiapkan album ketiga.

TULUS juga melanjutkan, kalau album ketiganya ini akan bereksplorasi lebih luas dan ada beberapa detail aransemen yang belum ditemukan di album sebelumnya. Tidak ketinggalan tetap memasukan nafas eklektik yang biasa ada di lagu-lagunya. Pria 28 tahun ini juga menjelaskan banyak menggunakan imajinasi dalam proses kreatif pembuatan lagu. “Saya menemukan cerita dan nada itu benar-benar dari imajinasi,” jelasnya menanggapi kekurangannya bermain alat musik.

Darah Padang yang mengalir pun membuat TULUS banyak menggunakan bahasa kesehariannya sewaktu kecil ke dalam lirik lagunya. Hal tersebut yang diyakini TULUS membuat lirik yang diciptakannya unik dan terkesan otentik. Selain itu, analogi kata juga jadi jurus jitu arsitek lulusan Universitas Katolik Parahyangan ini dalam berkarya.

Hal tersebut pun dibuktikan lewat beberapa lagunya yang menyimpan banyak analogi, tapi tetap mudah diterima masyarakat. Termasuk lagu “Sepatu” yang tidak hanya sukses di pasar nasional, tetapi juga sampai ke Jepang. SingleSepatu” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang menjadi “Kutsu“, mendapat respon yang cukup positif di Jepang. TULUS mengaku lagu “Sepatu” dipilih karena tidak mengubah makna dari lagu aslinya, serta merasa lagu tersebut bisa diterima masyarakat Jepang.

Dengan popularitas yang diterimanya saat ini, TULUS merasa tidak mengubah dirinya sama sekali, begitu pun komunikasinya dengan orang-orang terdekat. TULUS yang dikenal rendah hati dan murah senyum, tetap merasa menjaga ruang personalnya agar tidak terganggu adalah hal yang paling penting. Dirinya yakin dengan rasa percaya diri serta passion yang kuat selalu ada jalan untuk membuat karya kita didengarkan.

*Sumber Majalah Bulanan MNC Network Edisi 02/2016