Jangan pernah lelah untuk mengucapkan terima kasih. Itulah pesan TULUS (28) lewat album anyarnya, Monokrom. Seperti dua album sebelumnya, lagu-lagu yang disajikan memiliki lirik yang dalam. Dan, TULUS menyanyikan lagu-lagu tersebut dengan suara yang merdu.
Suara pemilik nama lengkap Muhammad Tulus asal Bukittinggi, Sumatera Barat itu memang tak asing lagi di telinga pecinta musik Indonesia. Lima tahun yang lalu, dua lagu dari album pertama, “Sewindu” dan “Teman Hidup” mengantarkannya menjadi penyanyi idola. Ia pun laris manis di atas panggung, termasuk di panggung pentas seni SMA atau pensi. Tahun 2014, TULUS mengajak penggemarnya move on lewat album Gajah.
Awal Agustus ini, Selasa (2/8), ia mengeluarkan album ketiga, Monokrom. Sebelumnya, ia mengeluarkan single terlebih dahulu berjudul “Pamit” pada awal 2016. Lagu yang mengisahkan perpisahan sepasang kekasih ini menyedot perhatian penggemarnya. Klip lagu tersebut telah ditonton sebanyak 8,1 juta kali di Youtube. Sebuah awal yang manis.
“Album ini adalah cara saya mengungkapkan terima kasih untuk siapa pun, banyak sekali, semua orang yang pun andil dalam hidup saya, ibu, bapak, kakak, dan semua keluarga. Termasuk semua orang yang tidak saya kenal, tetapi mempunyai peran dalam perjalanan musik saya.”
Album teruma kasih, tetapi judul lagunya kok “Pamit”? Rasanya kontradiktif ya. Ternyata lagu itu mempunyai cerita sendiri, tentu saja di samping kisah cerita perpisahan sepasang kekasih. Lewat lagu tersebut, TULUS ingin menunjukkan bahwa musikalitas dirinya berkembang dengan eksplorasi musik yang lebih banyak.
“Yang paling lama dan rumit adalah proses kreatif lagu ‘Pamit’. Drafnya sampai dicorat-coret. Setelah lima bulan, barulah saya dan Ari Renaldi sebagai produser memutuskan untuk menggunakan iringan piano dan string section (alat-alat musik gesek, seperti biola, cello, dan double bass),” kata TULUS.
“Pamit” dirilis terlebih dulu, karena lagu itu dinilai menghadirkan suasana berbeda dibandingkan lagu dari album-album sebelumnya. “Supaya ada pemanasan di kuping,” ujarnya.
Album ini memang penuh warna. Ada bunyi-bunyian iringan okulele, harmonika, alat musik gesek, dan desau angin. Paling tidak, ada lima lagu (di album Monokrom) dengan iringan string section, yaitu “Pamit”, “Ruang Sendiri”, Manusia Kuat”, “Lekas”, dan “Monokrom”.
“Album ini ada rasa orkestranya. Saya posisikan diri saya sebagai pendengar yang suka dengan satu musikus. Saat dia berkembang, saya ikut merasa berkembang.”
TULUS mengatakan terlibat dalam proses pembuatan lagu. “Saya merasa menjadi bagian dari musikus itu, merasa dihargai eksistensinya sebagai penggemar. Itu juga yang berusaha saya lakukan di album ketiga ini,” kata TULUS, yang merekam string section di Praha, Ceko, serta pembuatan master album di AS.
Haru dan Bahagia
Perjalanan dan perjuangan karier TULUS di dunia musik Indonesia tak terlepas dari peran keluarga. Di momen peluncuran album ketiga, TULUS tak kuasa menahan rasa bahagia sekaligus haru saat menceritakan bagaimana peran kakaknya, Riri Muktamar. Pelukan semangat dari seorang kakak yang sangat berarti bagi TULUS.
Pembuatan album pertama sampai ketiga dilakukan secara independen lewat TulusCompany yang dibantu oleh Riri. Di album Monokrom, Riri menjadi produser eksekutif. Selain itu, TULUS juga didukung Wardah, merek kosmetik, untuk pembuatan empat musik video dan rekaman string section.
Bukan hanya sang kakak, beberapa kali TULUS juga menyebutkan peran sang ibu yang memperkenalkan musik sejak dia masih kecil. Bait pertama di lagu “Monokrom”, kata TULUS, dipersembahkan untuk sang ibu. Coba cek sendiri deh.
“Itu momen ibu saya memeluk saya pertama kali. Bait berikutnya tentang hari ultah ketujuh saya, ultah yang pertama kali dirayakan dan difoto. Fotonya masih ada,” kata TULUS.
Dorongan semangat dari keluarga menjadi pemicu karya seorang TULUS. “Saya mandiri, saya dengan segala kerendahan hati, bisa berdiri di atas kaki sendiri.”
Album ini adalah, “Ucapan terima kasih termerdu,” kata TULUS.
*Sumber : Koran Kompas edisi Jumat 5 Agustus 2016.