Silih berganti potret para tenaga medis yang sedang bertugas muncul pada persembahan lagu terakhir. ”Manusia Kuat” dipilih sebagai nomor pamungkas yang dimainkan oleh Erwin Gutawa, TULUS, dan 50 musisi orkestra mengiringi tampilan wajah-wajah para petugas medis itu.

”Lagu ini akan kita dedikasikan untuk orang hebat, yaitu dokter, perawat, tim medis, dan sukarelawan. Mereka adalah pahlawan kita dan mereka adalah orang yang kuat,” ujar TULUS sebelum bernyanyi menutup pertunjukan bertajuk Konser Orkestra di Rumah yang ditampilkan secara daring, Minggu (19/4/2020). Foto-foto yang ditayangkan tadi juga dikumpulkan secara daring dari para kerabat atau keluarga tenaga kesehatan beberapa hari sebelum pertunjukan.

Selama 40 menit, Erwin Gutawa, TULUS, dan 50 musisi ini memainkan enam lagu yang diaransemen ulang dengan indah berformat orkestra. Sebagian merupakan lagu milik TULUS yang diambil dari album Gajah dan Monokrom. Meski tertunda selama satu jam dari jadwal karena kendala teknis, suguhan yang dihadirkan secara virtual ini berhasil menyentuh dan menjawab penasaran tentang kualitas musik yang dihasilkan.

Sebagai pembuka, Erwin dan 50 musisi orkestra muncul bermain. ”Dengan musik, tidak hanya menghibur, tetapi juga untuk mengurangi kegelisahan dan menyemangati keputusasaan. Dengan musik pula, kami ingin memberikan apresiasi atas ketulusan Anda berbagi. Seperti layaknya orkestra, bersama-sama kita bersinergi memainkan harmoni keindahan Indonesia. Selamat menikmati dan berdonasi. Indonesia pasti bisa,” ujar Erwin yang selanjutnya memanggil TULUS untuk bergabung.

Kompak mengenakan kostum serba hitam dan latar belakang hitam pada setiap penampil, TULUS memilih ”Sepatu” sebagai tembang pertama. Sebagian liriknya pun terasa relevan dirasakan dalam kondisi saat ini. Salah satunya berbunyi,”Kita sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa.”

Disusul lagu kedua dari album Monokrom, yakni lagu ”Cahaya” yang memiliki pesan untuk tetap menjaga harapan dan kesediaan berbuat yang terbaik. Dalam kesempatan ini, mereka juga menyempatkan memberi penghormatan terakhir untuk Glenn Fredly lewat lagu ”Kasih Putih”. Tak ketinggalan juga, dua lagu dari sang legendaris Chrisye, yakni ”Damai Bersamamu” dan ”Setia”, turut dimainkan.

Selanjutnya, ”Manusia Kuat” yang kental akan spirit berjuang dimainkan. Berbagai komposisi yang ditampilkan terasa berbeda. Kemegahan dan keindahan yang dijanjikan Erwin saat mengumumkan agenda Konser Orkestra di Rumah pada 12 April 2020 terwujud.

Denting keyboard tetap mampu berpadu dengan alunan biola, cello, gitar, trompet, perkusi, drum, dan vokal secara apik, meski para pemusik berada di rumah masing-masing. Bahkan, suasana dan aura yang dirasakan saat menonton hampir menyamai ketika menonton konser langsung di sebuah gedung pertunjukan. Ekspresi dan pancaran dari para musisi yang juga lama tak saling bertemu dan bermain musik pun seolah menebarkan kebahagiaan bagi yang menyaksikan penampilan mereka.

Apresiasi bermunculan. Salah satunya dari penulis Dewi Lestari yang menuliskan di akun Instagram TULUS. ”Sempet denger kucingmu mengeong! It was a fabulous concert! Thank you for the ever stellar performance. Nangis pas ’Manusia Kuat’,” ungkap Dewi Lestari, senada dengan banyak orang lainnya yang mengungkap haru ketika lagu terakhir dimainkan bersama rentetan foto-foto para tenaga kesehatan.

Donasi

Sejak Covid-19 dikonfirmasi masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, para tenaga kesehatan ini menjadi benteng pertahanan terakhir yang mati-matian berupaya melawan virus baru ini. Di tengah keterbatasan dan risiko yang menghadang tugas, para tenaga kesehatan saling menjaga agar tetap dapat menangani pasien dengan baik.

Akan tetapi, sampai saat ini sebanyak 44 dokter dan perawat gugur karena terpapar virus ini. Meski begitu, perjuangan para tenaga kesehatan masih berlanjut. Persoalan kekurangan alat pelindung diri dan kesempatan memenuhi kebutuhan primer masih menghantui, baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Konser ini tak sekadar menjadi hiburan bagi orang-orang yang sudah bertahan di dalam rumah lebih dari sebulan untuk menahan laju penularan. Penjualan tiket konser yang dibanderol dari harga Rp 50.000 hingga Rp 2 juta ini sepenuhnya didonasikan bagi para tenaga kesehatan dan masyarakat yang terdampak Covid-19.

Sambutan hangat terkait konser ini benar adanya. Sebanyak 5.441 orang menyaksikan konser pada Minggu malam itu. Donasi yang terkumpul pada akhir pertunjukan sebesar Rp 374 juta. Penggalangan dana pun terus dilanjutkan melalui Kitabisa.com. Kini, total donasi di akun urun bayar atau crowdfunding ini telah mencapai Rp 380,3 juta dan masih terus dibuka.

Bahkan, penjualan tiket penayangan ulang konser ini juga kembali dibuka. Tayangan ulang dapat dinikmati pada 26 April 2020. ”Kami sangat menghargai apresiasi, dukungan, dan pengertiannya terhadap kendala teknis yang sempat terjadi pada konser daring pertama yang kami lakukan,” ungkap Erwin.

Selain Erwin, Jakarta City Philharmonic juga menggelar pertunjukan orkestra daring melalui akun Youtube Budayasaya. Dua lagu dibawakan dalam konser itu, yakni ”Indonesia Raya 3 stanza” dan ”Simfoni No.5 in C Minor” milik Ludwig van Beethoven.

Tak hanya Indonesia

Dampak pandemi covid-19 ini dirasakan nyaris seluruh dunia. Anjuran untuk berada di rumah dan membatasi aktivitas keseharian di luar rumah menjadi cara baru untuk bertahan hidup. Para musisi pun harus rela tak bisa menikmati hangatnya kebersamaan latihan atau megahnya panggung konser dan ramainya tepuk tangan penonton.

Bermain dan berlatih secara daring menjadi hal baru yang normal. Grup orkestra tersohor, Vienna Philharmonic, tetap berlatih secara daring membawakan ”Mozart’s Overture” dari opera bertajuk Die Zauberflote. Begitu pula dengan London Philharmonic Orchestra yang memainkan secara daring lagu milik Ben E King, ”Stand By Me”.

Lagu yang pernah dibawakan The Kingdom Choir saat pernikahan Harry dan Meghan Markle, beberapa waktu lalu, dibawakan kembali oleh paduan suara ini secara daring. Bahkan, pada perayaan Paskah, kelompok paduan suara ini tetap bertugas untuk gereja menyanyikan ”Blinded by Your Grace” secara virtual.

Mengutip Maria Augusta von Trapp dari lakon musikal The Sound of Music, musik adalah kunci yang ajaib. Gelombang bahagia dan semangat dapat ditularkan seketika menembus berbagai batas lewat satu medium bernama musik.

Sumber : https://kompas.id/baca/gaya-hidup/2020/04/26/simfoni-penggerak-hati/?utm_source=medsos_instagram&utm_medium=instastory, dirilis pada 26 April 2020.