Lagu-lagu TULUS memang selalu punya melodi, lirik dan pesan yang bikin para pendengarnya luluh. Termasuk album ketiganya, Monokrom, yang rilis awal Agustus 2016 lalu. Bahkan album ini juga punya banyak cerita seru di balik pembuatannya.

Di Balik Judul Monokrom

Beberapa orang menganggap pemilihan Monokrom sebagai judul album ke-3 itu ada hubungannya dengan cowok asal Bukittinggi, Sumatera Barat ini yang suka mem-posting foto hitam-putih di akun Instagramnya, tulusm. Tapi sebenarnya, “Diberi judul Monokrom karena ada salah satu lagu di album ini yang berjudul sama dan bercerita tentang ucapan terima kasih saya. Garis besar album ini adalah ucapan terima kasih saya ke banyak pihak yang punya andil untuk membantu dan mengangkat saya hingga seperti sekarang ini. Album ini adalah perwujudan terima kasih saya dari dulu, sekarang hingga seterusnya,” jelas pemilik nama lengkap Muhammad Tulus ini.

Di Balik Pembuatan Lagu

Terdiri dari 10 lagu, TULUS mengaku hampir 90% lirik dan melodi lagu-lagu di album ini merupakan karyanya. “Adanya eksplorasi yang terbilang luar biasa. Biasanya saya selalu datang ke Bang Ari Renaldi, produser saya, dengan materi lagu dan melodi yang sudah setengah jadi. Tapi untuk beberapa lagu di album ini, kami bertemu tanpa ide, kemudian mencarinya bersama-sama, setelah itu bikin lagunya bareng,” kata lulusan Arsitektur Universitas Parahyangan, Bandung itu. Hasil eksplorasi itu pun menghasilkan karya unik yang belum pernah ia lakukan. “Di album ini kami juga memasukkan sound-sound alat musik yang belum pernah kami coba, seperti banjo dan ukulele,” tutur TULUS.

Di Balik Rekaman Album

Selama sekitar 1,5 tahun menjalani proses rekaman, banyak memorable moment yang dialami TULUS. “Salah satunya adalah saat rekaman lagu Monokrom. Waktu itu saya mengingat lagi memori bersama orang-orang yang saya sayangi. Proses rekaman lagu ini adalah yang paling emosional,” ujarnya. “Proses rekaman lagu Pamit juga terbilang sulit. Awalnya ada banyak versi yang sempat terpikirkan untuk lagu ini. Akhirnya kami setuju lagu ini lebih cocok diiringi piano dan string section saja,” tambah TULUS.

Pemilik lagu Gajah ini juga ternyata punya teknik sendiri ketika rekaman, lho! “Kalau rekaman, saya tidak suka dengan teknik rekaman tambal sulam. Karena dengan teknik seperti itu saya merasa pesan dari lagunya nggak tersampaikan. Karena itu, hampir seluruh lagu di album ini direkam dengan cara saya bernyanyi dari awal hingga akhir,” tuturnya.

Di Balik Penulisan Lirik

Sejak dulu, TULUS memang terkenal dengan lirik lagu yang puitis. Begitu juga yang ada di album terbarunya. “Biasanya saya menulis lirik lagu itu terinspirasi dari cerita pendek. Misalnya ada satu momen di cerita itu yang ingin saya bingkai, saya akan menyaring cerita tersebut hingga ada satu struktur. Dari situ, kemudian saya ubah sedemikian rupa menjadi sebuah lirik lagu. Atau, bisa juga saat Bang Ari memainkan musiknya, dari situ saya terstimulasi untuk membuat lirik dan melodinya,” kata TULUS, membocorkan.

Di Balik Pemilihan Orkestra

Salah satu yang spesial dari album Monokrom adalah adanya 5 lagu yang diiringi orkestra dari Praha, Ceko. “Ada beberapa pihak dan musisi Indonesia yang sudah pernah bekerja sama dengan studio string section di Praha. Jadi relasinya sudah cukup dekat. Makanya, komunikasi dan proses rekamannya pun jadi lebih mudah untuk dilakukan,” jelasnya.

Sempat rekaman di Praha, kelahiran 20 Agustus 1987 ini pun mengaku punya cerita menarik. “Kami sudah mengirim partitur untuk panduan mereka sebelum rekaman. Tapi kan, mereka tidak mengerti liriknya yang saya tulis dalam bahasa Indonesia. Makanya, saat kami sampai di sana, mereka bertanya dulu lagu ini bercerita tentang apa dan kita menjelaskannya. Dari situ, baru rekaman, deh,” cerita TULUS.

*Sumber : Majalah GADIS Edisi 19, 18 September – 1 Oktober 2016.